Sunday, December 5, 2010

victory

ak paste dr sini :P


Seorang guru wanita sedang bersemangat mengajarkan sesuatu kepada murid-muridnya. Ia duduk menghadap murid-muridnya. Di tangan kirinya ada kapur, di tangan kanannya ada pemadam. Guru itu berkata, "Saya ada satu permainan... Caranya begini, ditangan kiri saya ada kapur, di tangan kanan ada pemadam.

Jika saya angkat kapur ini, maka berserulah "Kapur!", jika saya angkat pemadam ini, maka katalah "Pemadam!" Murid muridnya pun mengerti dan mengikuti.

Jika saya angkat kapur, maka sebutlah "Pemadam!", jika saya angkat pemadam, maka katakanlah "Kapur!". Dan diulangkan seperti tadi, tentu saja murid-murid tadi keliru dan kekok, dan sangat sukar untuk mengubahnya.

Namun lambat laun, mereka sudah biasa dan tidak lagi kekok. Selang beberapa saat, permainan berhenti. Sang guru tersenyum kepada murid-muridnya. "Murid-murid, begitulah kita umat Islam. Mulanya yang haq itu haq, yang bathil itu bathil. Kita begitu jelas membezakannya. Namun kemudian, musuh musuh kita memaksa kita dengan pelbagai cara, untuk menukarkan sesuatu, dari yang haq menjadi bathil, dan sebaliknya. Pertama kali mungkin akan sukar bagi kita menerima hal tersebut, tapi kerana terus disosialisasikan dengan cara-cara menarik oleh mereka, akhirnya lambat laun kita akan terbiasa dengan hal itu.

Dan kita mulai dapat mengikutinya. Musuh-musuh kita tidak pernah berhenti membalik dan menukarkan nilai dan etika. "Keluar berduaan, berkasih-kasihan tidak lagi sesuatu yang pelik, Zina tidak lagi jadi persoalan, pakaian seksi menjadi hal yang lumrah, tanpa rasa malu, sex sebelum nikah menjadi suatu kebiasaan dan trend, hiburan yang asyik dan panjang sehingga melupakan yang wajib adalah biasa, materialistik kini menjadi suatu gaya hidup dan lain lain. Semuanya sudah terbalik. Dan tanpa disedari, kita sedikit demi sedikit menerimanya tanpa rasa ia adalah satu kesalahan dan kemaksiatan. Faham?" tanya Guru kepada murid-muridnya. "Paham cikgu..."

"Baiklah. Permainan kedua..." begitu Guru melanjutkan. "Cikgu ada Qur'an,cikgu akan letakkannya di tengah karpet. Sekarang kamu semua berdiri diluar karpet. Permainannya adalah, bagaimana caranya mengambil Qur'an yang ada ditengah karpet tanpa memijak karpet?" Murid-muridnya berfikir . Ada yang mencuba alternatif dengan tongkat,dan lain-lain.

Akhirnya Guru memberikan jalan keluar, digulungnya karpet, dan diambilnya Qur'an. Ia memenuhi syarat, tidak memijak karpet.

"Murid-murid, begitulah umat Islam dan musuh-musuhnya...Musuh-musuh Islam tidak akan memijak-mijakkan kita secara terang-terangan...Kerana tentu kita akan menolaknya mentah mentah. Orang biasa pun tidak akan rela kalau Islam dihina dihadapan mereka. Tapi mereka akan menggulung kita perlahan-lahan dari pinggir, hingga kita tidak menyedarinya.

"Jika seseorang ingin membuat rumah yang kuat, maka dibina tapak yang kuat. Begitulah Islam, jika ingin kuat, maka bangunlah aqidah yang kuat. Sebaliknya, jika ingin membongkar rumah, tentu susah kalau dimulai dgn tapaknya dahulu, tentu saja hiasan-hiasan dinding akan dikeluarkan dahulu, kerusi dipindahkan dahulu, Almari dibuangkan dahulu satu persatu, baru rumah dihancurkan..." "Begitulah musuh-musuh Islam menghancurkan kita. Ia tidak akan menghentam terang terangan, tapi ia akan perlahan-lahan meletihkan kitaa. Mulai dari perangai kita, cara hidup, pakaian dan lain-lain, sehingga meskipun kita muslim, tapi kitaa telah meninggalkan ajaran Islam dan mengikuti cara mereka... Dan itulah yang mereka inginkan. " Ini semua adalah fenomena Ghazwul Fikri (Perang Pemikiran). Dan inilah yang dijalankan oleh musuh-musuh kita... "

Cikgu,kenapa mereka tidak berani terang-terangang memijak-mijak kita?" tanya murid- murid. "Sesungguhnya dahulu mereka terang-terangan menyerang kita, misalnya Perang Salib, Perang Tartar, dan lain-lain. Tapi sekarang tidak lagi." "Begitulah Islam... Kalau diserang perlahan -lahan, mereka tidak akan sedar, akhirnya hancur. Tapi kalau diserang serentak terang-terangan, mereka akan bangkit serentak, baru mereka akan sedar".


Beberapa saat kemudian guru kembali berkata, "selesaikan pelajaran kita kali ini dan mari kita berdoa dahulu sebelum pulang..."
Matahari bersinar terik tatkala anak-anak itu keluar meninggalkan tempat belajar mereka dengan fikiran masing-masing di kepalanya...

RENUNGILAH SAHABAT SEMUA..

No comments:

Post a Comment